profil

profil

PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK AEROB/ANAEROB UNTUK KOMUNAL

 

Pengolahan Sampah Organik Aerob Komunal (RT/RW ):


Asumsi sampah organic yang dikumpulkan setiap 1 hari sekali adalah 500 liter = 0,5 m3 (1 tumpukan)

Sistem Pengomposan dengan Aktivator Aerob, sehingga tidak menimbulkan bau kepada lingkungan.
         Aktivator : Kumpulan organisma-organisma yang  mempercepat proses pengomposan.
         Proses komposting biasa : ± 1 - 2 bulan
         Proses komposting dengan aktivator :  ± 7 – 10 hari.

Untuk 1 tumpukan [0,5 m3] memerlukan 1 drum, sehingga dibutuhkan 9 drum guna pengomposan selama 9 hari.



Satu 1 drum memerlukan luas lahan 1,5 m2. Dengan demikian total luas lahan untuk komposting adalah 14 m2. Sementara diperlukan luas lahan yang sama untuk pengadukan dan penjemuran. Jadi total 28 m2.
Jenis Sampah Anorganik Daur Ulang :
Jenis sampah ini dikumpulkan pada area tersendiri. Kemudian dalam jumlah yang banyak dijual ke pabrik atau penampung barang bekas.

Jenis Sampah Anorganik Non Daur Ulang :
Sementara jenis sampah anorganik tidak bisa didaur ulang dikumpulkan dulu, kemudian setelah dipres dalam jumlah yang banyak diangkut untuk dibakar di pabrik-pabrik industri sebagai bahan bakar cadangan.

Diperlukan luas lahan yang sama dengan lahan untuk sampah organik untuk tempat pengumpulan sampah anorganik. Jadi luas lahan yang dibutuhkan 28 m2.
Total luas lahan yang dibutuhkan adalah 56 m2.
Kebutuhan lahan untuk jaga dan lain-lain adalah 14 m2.
Jadi total luas lahan yang dibutuhkan adalah 70 s/d 100 m2.







PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK SISTEM ANAEROB KOMUNAL (RT/RW)


Sistem Pengomposan dengan Aktivator.

Aktivator : Kumpulan organisma-organisma yang  mempercepat proses pengomposan.

Proses komposting biasa : ± 1 - 2 bulan

Proses komposting dengan aktivator :  ± 7 – 10 hari.


Cara pembuatan tempat dan pelaksanaan pengomposan :

Pengomposan dilakukan pada suatu lahan dengan ukuran 10 m x 10 m.








Proses Komposting :

1.       Setiap hari sampah organik dari pasar/lingkungan dicacah menggunakan mesin  pencacah.
2.       Disemprotkan dengan merata cairan activator.
3.       Kadar air sampah dipertahankan kira-kira 30% - 40%.
4.       Sampah diaduk, sehingga cairan-cairan tadi betul-betul merata.
5.       Sampah ditutup dengan penutup berpori (kain, karung goni).
6.       Suhu dipertahankan 400 – 500 C agar mikroorganisma sebagai    activator tidak mati, dan berfungsi optimal.
7.       Minimal 1 hari sekali     suhu diukur. Apabila suhu tinggi, bahan dibalik, didiamkan  sebentar      agar suhu turun, lalu ditutup kembali. Demikian     seterusnya.
8.       Oleh karena bahan komposting dari sampah, kemungkinan ada   ulat-ulat, rayap dan binatang-binatang kecil lainnya. Setelah  kompos matang, dijemur dulu sebentar agar binatang ini hilang.
9.       Setelah bahan menjadi pupuk dicirikan dengan warna agak  kehitaman, tidak panas dan tidak berbau.



Untuk menghasilkan pupuk organik yang lebih bagus kualitasnya, bisa ditambahkan pupuk kandang dengan perbandingan :
1 untuk pupuk kandang, dan 5 untuk pupuk sampah.

Untuk menghasilkan pupuk organik yang lebih kaya dengan unsur-unsur,  maka ditambahkan pupuk kandang (terdapat unsur Nitrogen, Phospor, Kalium); tanah {terdapat unsur Fe (besi), Zn (Seng), Pb (timah hitam)}; arang sekam (terdapat unsur karbon).
Perbandingannya :
Pupuk sampah               : 10 bagian
Pupuk kandang              : 3 bagian
Tanah                            : 3 bagian
Arang Sekam                 : 2 bagian

Sebaiknya diberikan pupuk organik yang berbeda untuk jenis tanaman yang berbeda:
-        Tanaman hias, tanaman akar tunggang diberi pupuk organik dengan perbandingan :
          Pupuk sampah               : 10 bagian
Pupuk kandang sapi      : 4 bagian (atau pupuk kandang ayam     
  5 bagian).
-        Tanaman akar serabut tidak perlu diberi campuran pupuk kandang.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar